m.k. Mikrobiologi Akuakultur Asisten : Sri Hariati
PENYIAPAN MEDIUM, STERILISASI ALAT DAN BAHAN SERTA ISOLASI BAKTERI DARI LINGKUNGAN AKUAKULTUR
Oleh:
Dian Novita Sari
C151170128
Dian Novita Sari
C151170128
ILMU AKUAKULTUR
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2017
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan kultur mikroorganisme di laboratorium membutuhkan suplai nutrien yang sesuai dengan kebutuhan mikroorganisme tersebut. Kebutuhan nutrien masing-masing mikroorganisme sangat beragam dan pengetahuan tentang prinsip nutrisi mikroorganisme sangat penting dalam menentukan keberhasilan kultur mikroorganisme. Oleh sebab itu dibuatlah beraneka macam media, baik itu media universal maupun media selektif. Media kultur merupakan larutan nutrien yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme. Seleksi dan preparasi media untuk kultur mikroorganisme di laboratorium perlu dilakukan sebaik mungkin dan harus berhasil agar mikroorganisme dapat dipelajari secara lebih detail (Madigan et al. 2015).
Sterilisasi adalah proses penghancuran seluruh bentuk organisme yang dapat hidup, termasuk endospora. Sterilisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan api, panas lembab, panas kering, penyaringan, dan penggunaan bahan kimia beracun. Proses sterilisasi merusak kompenen esensial sel (protein, asam nukleat, atau membrane sitoplasma) sehingga sel menjadi kehilangan fungsinya (Perry et al. 2002).
Mikroba pada suatu lingkungan ditemukan dalam populasi campuran dan sangat jarang ditemukan sebagai satu spesies tunggal. Penelitian mengenai mikroorganisme biasanya memerlukan teknik untuk memisahkan populasi campuran pada permulaannya, atau biakan campuran kemudian dipisah menjadi spesies-spesies yang berbeda-beda sebagai biakan murni. Biakan murni terdiri dari suatu populasi sel yang berasal dari satu sel induk (Prescott 2003).
Keberhasilan kerja dalam laboratorium mikrobiologi tergantung pada kemampuan untuk sterilisasi media, menginokulasi dengan loop, pemeliharaan peralatan kaca, dan segala hal yang berkaitan dengan kultur mikroorganisme (Perry et al. 2002). Isolasi bakteri diperlukan untuk mengetahui jenis bakteri yang terdapat di lingkungan akuakultur sehingga dapat diidentifikasi dan dikarakterisasi. Dengan mengetahui jenis bakteri yang ada di lingkungan akuakultur maka dapat dilakukan tindakan untuk mengendalikan bakteri patogen dan memperbanyak bakteri yang menguntungkan. Oleh sebab itu, diperlukan suatu kegiatan penyiapan media, sterilisasi alat dan bahan serta isolasi bakteri dari lingkungan akuakultur.
Kegiatan kultur mikroorganisme di laboratorium membutuhkan suplai nutrien yang sesuai dengan kebutuhan mikroorganisme tersebut. Kebutuhan nutrien masing-masing mikroorganisme sangat beragam dan pengetahuan tentang prinsip nutrisi mikroorganisme sangat penting dalam menentukan keberhasilan kultur mikroorganisme. Oleh sebab itu dibuatlah beraneka macam media, baik itu media universal maupun media selektif. Media kultur merupakan larutan nutrien yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme. Seleksi dan preparasi media untuk kultur mikroorganisme di laboratorium perlu dilakukan sebaik mungkin dan harus berhasil agar mikroorganisme dapat dipelajari secara lebih detail (Madigan et al. 2015).
Sterilisasi adalah proses penghancuran seluruh bentuk organisme yang dapat hidup, termasuk endospora. Sterilisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan api, panas lembab, panas kering, penyaringan, dan penggunaan bahan kimia beracun. Proses sterilisasi merusak kompenen esensial sel (protein, asam nukleat, atau membrane sitoplasma) sehingga sel menjadi kehilangan fungsinya (Perry et al. 2002).
Mikroba pada suatu lingkungan ditemukan dalam populasi campuran dan sangat jarang ditemukan sebagai satu spesies tunggal. Penelitian mengenai mikroorganisme biasanya memerlukan teknik untuk memisahkan populasi campuran pada permulaannya, atau biakan campuran kemudian dipisah menjadi spesies-spesies yang berbeda-beda sebagai biakan murni. Biakan murni terdiri dari suatu populasi sel yang berasal dari satu sel induk (Prescott 2003).
Keberhasilan kerja dalam laboratorium mikrobiologi tergantung pada kemampuan untuk sterilisasi media, menginokulasi dengan loop, pemeliharaan peralatan kaca, dan segala hal yang berkaitan dengan kultur mikroorganisme (Perry et al. 2002). Isolasi bakteri diperlukan untuk mengetahui jenis bakteri yang terdapat di lingkungan akuakultur sehingga dapat diidentifikasi dan dikarakterisasi. Dengan mengetahui jenis bakteri yang ada di lingkungan akuakultur maka dapat dilakukan tindakan untuk mengendalikan bakteri patogen dan memperbanyak bakteri yang menguntungkan. Oleh sebab itu, diperlukan suatu kegiatan penyiapan media, sterilisasi alat dan bahan serta isolasi bakteri dari lingkungan akuakultur.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah agar mahasiswa dapat menyiapkan media, sterilisasi bahan dan alat serta mengisolasi bakteri dari lingkungan akuakultur.
Tujuan dari praktikum kali ini adalah agar mahasiswa dapat menyiapkan media, sterilisasi bahan dan alat serta mengisolasi bakteri dari lingkungan akuakultur.
II. METODE
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 05 Oktober 2017 bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Praktikum ini dilaksanakan pada pukul 13.00 - 15.00 WIB.
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 05 Oktober 2017 bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Praktikum ini dilaksanakan pada pukul 13.00 - 15.00 WIB.
2.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah autoklaf, erlenmeyer, timbangan digital, spatula, aluminium foil, gelas ukur, pipet volumetrik, bulb, hot plate, cawan petri, dan tabung ulir. Bahan yang digunakan adalah media TSA (Trypticase Soy Agar), bacto agar, bacto pepton, gliserol, air laut, yeast extract, TCBS (Thiosulphate Citrate Bile Salt Sucrose) agar, dan EMBA (Eosin Methylene Blue Agar), akuades, air sampel dari beberapa jenis air mineral dan beberapa sumber air di sekitar kampus (air kolam bawah, air comberan Bara, air comberan Bateng, air laut, air kosan Bara dan air kamar mandi FPIK).
Alat-alat yang digunakan adalah autoklaf, erlenmeyer, timbangan digital, spatula, aluminium foil, gelas ukur, pipet volumetrik, bulb, hot plate, cawan petri, dan tabung ulir. Bahan yang digunakan adalah media TSA (Trypticase Soy Agar), bacto agar, bacto pepton, gliserol, air laut, yeast extract, TCBS (Thiosulphate Citrate Bile Salt Sucrose) agar, dan EMBA (Eosin Methylene Blue Agar), akuades, air sampel dari beberapa jenis air mineral dan beberapa sumber air di sekitar kampus (air kolam bawah, air comberan Bara, air comberan Bateng, air laut, air kosan Bara dan air kamar mandi FPIK).
2.3 Prosedur Kerja
2.3.1 Penyiapan Media TSA (Trypticase Soy Agar)
Semua alat dan bahan disiapkan. Kemudian media TSA ditimbang sebanyak 2 gr dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Kemudian ditambahkan akuades sebanyak 50 mL lalu dipanaskan di atas hot plate selama 30-45 menit. Selama pemanasan, media dihomogenkan secara berkala. Setelah homogen (media berwarna kuning kecokelatan), media disterilisasi dengan autoklaf. Setelah steril, media dituang ke dalam cawan petri dan tabung ulir.
2.3.1 Penyiapan Media TSA (Trypticase Soy Agar)
Semua alat dan bahan disiapkan. Kemudian media TSA ditimbang sebanyak 2 gr dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Kemudian ditambahkan akuades sebanyak 50 mL lalu dipanaskan di atas hot plate selama 30-45 menit. Selama pemanasan, media dihomogenkan secara berkala. Setelah homogen (media berwarna kuning kecokelatan), media disterilisasi dengan autoklaf. Setelah steril, media dituang ke dalam cawan petri dan tabung ulir.
2.3.2 Penyiapan Media SWC (Seawater Complete)
Semua alat dan bahan disiapkan. Kemudian bahan ditimbang (bacto agar 0.85 gr, bacto pepton 0.25 gr, dan yeast extract 0.05 gr. Lalu ditambahkan gliserol sebanyak 0.15 mL, air laut 37.5 mL, dan akuades 12.5 mL. Semua bahan dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan dipanaskan di atas hot plate selama 30-45 menit. Selama pemanasan, media dihomogenkan secara berkala. Setelah homogen (media berwarna kuning), media disterilisasi dengan autoklaf. Setelah steril, media dituang ke dalam cawan petri dan tabung ulir.
Semua alat dan bahan disiapkan. Kemudian bahan ditimbang (bacto agar 0.85 gr, bacto pepton 0.25 gr, dan yeast extract 0.05 gr. Lalu ditambahkan gliserol sebanyak 0.15 mL, air laut 37.5 mL, dan akuades 12.5 mL. Semua bahan dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan dipanaskan di atas hot plate selama 30-45 menit. Selama pemanasan, media dihomogenkan secara berkala. Setelah homogen (media berwarna kuning), media disterilisasi dengan autoklaf. Setelah steril, media dituang ke dalam cawan petri dan tabung ulir.
2.3.3 Penyiapan Media EMBA (Eosin Methylene Blue Agar)
Semua alat dan bahan disiapkan. Kemudian media EMBA ditimbang sebanyak 1.875 gr dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Kemudian ditambahkan akuades sebanyak 50 mL lalu dipanaskan di atas hot plate selama 30-45 menit. Selama pemanasan, media dihomogenkan secara berkala. Setelah homogen (media berwarna kuning kecokelatan), media disterilisasi dengan autoklaf. Setelah steril, media dituang ke dalam cawan petri dan tabung ulir.
Semua alat dan bahan disiapkan. Kemudian media EMBA ditimbang sebanyak 1.875 gr dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Kemudian ditambahkan akuades sebanyak 50 mL lalu dipanaskan di atas hot plate selama 30-45 menit. Selama pemanasan, media dihomogenkan secara berkala. Setelah homogen (media berwarna kuning kecokelatan), media disterilisasi dengan autoklaf. Setelah steril, media dituang ke dalam cawan petri dan tabung ulir.
2.3.4 Penyiapan Media TCBS (Thiosulphate Citrate Bile Salt)
Semua alat dan bahan disiapkan. Kemudian media TCBS ditimbang sebanyak 4.45 gr dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Kemudian ditambahkan akuades steril sebanyak 50 mL lalu dipanaskan di atas hot plate selama 30-45 menit. Selama pemanasan, media dihomogenkan secara berkala. Setelah homogen, media dituang ke dalam cawan petri dan tabung ulir.
Semua alat dan bahan disiapkan. Kemudian media TCBS ditimbang sebanyak 4.45 gr dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Kemudian ditambahkan akuades steril sebanyak 50 mL lalu dipanaskan di atas hot plate selama 30-45 menit. Selama pemanasan, media dihomogenkan secara berkala. Setelah homogen, media dituang ke dalam cawan petri dan tabung ulir.
2.3.5 Sterilisasi Alat dan Bahan
Semua alat dan bahan yang akan disterilisasi dimasukkan ke panci autoklaf. Sebelum ditutup, volume air di dalam autoklaf dicek terlebih dahulu dan dipastikan termostatnya terendam air. Kemudian panci autoklaf dimasukkan ke dalam autoklaf dan autoklaf ditutup rapat dengan cara pengunci autoklaf diputar searah jarum jam. Selanjutnya tombol pre heating ditekan dan didiamkan hingga uap udara keluar dari corong. Setelah uap udara keluar, corong ditutup dan tombol pre heating dimatikan lalu tombol timer dinyalakan dan waktu autoklaf diatur selama 15 menit. Setelah selesai autoklaf, alarm akan berbunyi dan tombol timer dimatikan. Autoklaf didiamkan hingga suhu dan tekanan di dalam autoklaf turun hingga 0. Setelah suhu dan tekanan menunjukkan angka 0, autoklaf dibuka lalu alat dan bahan dikeluarkan. Alat yang telah disterilisasi dimasukkan ke dalam oven dan bahan langsung digunakan atau didinginkan terlebih dahulu jika ingin disimpan di kulkas.
Semua alat dan bahan yang akan disterilisasi dimasukkan ke panci autoklaf. Sebelum ditutup, volume air di dalam autoklaf dicek terlebih dahulu dan dipastikan termostatnya terendam air. Kemudian panci autoklaf dimasukkan ke dalam autoklaf dan autoklaf ditutup rapat dengan cara pengunci autoklaf diputar searah jarum jam. Selanjutnya tombol pre heating ditekan dan didiamkan hingga uap udara keluar dari corong. Setelah uap udara keluar, corong ditutup dan tombol pre heating dimatikan lalu tombol timer dinyalakan dan waktu autoklaf diatur selama 15 menit. Setelah selesai autoklaf, alarm akan berbunyi dan tombol timer dimatikan. Autoklaf didiamkan hingga suhu dan tekanan di dalam autoklaf turun hingga 0. Setelah suhu dan tekanan menunjukkan angka 0, autoklaf dibuka lalu alat dan bahan dikeluarkan. Alat yang telah disterilisasi dimasukkan ke dalam oven dan bahan langsung digunakan atau didinginkan terlebih dahulu jika ingin disimpan di kulkas.
2.3.6 Isolasi Bakteri
Semua alat dan bahan disiapkan. Kemudian meja dan tangan operator didesinfeksi menggunakan alkohol 70%. Lalu bunsen dinyalakan dan ose dipijarkan hingga memBara. Selanjutnya ose didiamkan sebentar hingga dingin lalu sampel diambil sebanyak 1 ose dan digores ke media yang berada di dalam cawan. Kemudian dilakukan gores kuadran yang dimulai dari kuadran 0 hingga kuadran 3. Setiap perpindahan kuadran, ose dipijarkan hingga memBara lalu didinginkan dan gores kuadran dilanjutkan ke kuadran berikutnya. Setelah selesai digores, media di wrap dan diberi label. Kemudian diinkubasi selama 24 jam di dalam inkubator pada suhu 28-34 oC. Setelah 24 jam dilakukan pengamatan hasil isolasi dan didokumentasikan.
Semua alat dan bahan disiapkan. Kemudian meja dan tangan operator didesinfeksi menggunakan alkohol 70%. Lalu bunsen dinyalakan dan ose dipijarkan hingga memBara. Selanjutnya ose didiamkan sebentar hingga dingin lalu sampel diambil sebanyak 1 ose dan digores ke media yang berada di dalam cawan. Kemudian dilakukan gores kuadran yang dimulai dari kuadran 0 hingga kuadran 3. Setiap perpindahan kuadran, ose dipijarkan hingga memBara lalu didinginkan dan gores kuadran dilanjutkan ke kuadran berikutnya. Setelah selesai digores, media di wrap dan diberi label. Kemudian diinkubasi selama 24 jam di dalam inkubator pada suhu 28-34 oC. Setelah 24 jam dilakukan pengamatan hasil isolasi dan didokumentasikan.
Gambar 1. Skema kuadran dalam
penggoresan isolat bakteri.
|
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 HasilHasil pembuatan media dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Media yang telah berhasil dibuat.
Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa semua media yang telah disiapkan tidak mengalami kontaminasi. Media yang telah disiapkan yaitu media TSA dan EMBA untuk bakteri air tawar dan media TCBS dan SWC untuk bakteri air laut.
Hasil pengamatan isolat bakteri yang diisolasi dari lingkungan akuakultur dapat dilihat pada Tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa dari delapan sumber air, isolasi bakteri hanya berhasil dari empat sumber air, yaitu dari air yang bersumber dari air kamar mandi FPIK, air kolam bawah, air comberan Bara dan air comberan Bateng. Jumlah isolat bakteri yang diperoleh dari air yang bersumber dari comberan Bara sebanyak 2 isolat, sedangkan dari sumber air lainnya hanya diperoleh 1 isolat. Isolat yang diperoleh memiliki warna koloni kuning dan krem, bentuk koloni bulat, tepian koloni entire, dan elevasi reviset dan flat. Jumlah koloni yang ditumbuh dari masing-masing sumber air berbeda-beda, yaitu 6 koloni dari air kolam bawah, 31 koloni dari air comberan Bara, 37 koloni dari air comberan Bateng (3 koloni kuning berwarna dan 34 koloni berwarna krem), dan 6 koloni dari air kamar mandi FPIK.
3.2 Pembahasan
Media terdiri dari media tetap dan media kompleks. Media tetap (media sintetik) adalah media yang komposisinya diketahui secara pasti sedangkan media kompleks adalah media yang komposisinya tidak diketahui secara pasti karena dibuat oleh bakteri pencernaan, seperti kasein, sel ragi, ekstrak daging, dan lain-lain. Media universal dibuat untuk menumbuhkan beberapa jenis bakteri, seperti TSA untuk bakteri air tawar (Haryani et al. 2012) dan SWC untuk bakteri air laut (Tepu 2006). Beberapa media kultur juga dibuat selektif atau diferensial agar bisa melakukan diagnosa mikrobiologi, diagnosa klinis, dan sistematik mikroorganisme. Sebagai contohnya, untuk bakteri Escherichia coli, media spesifik yang digunakan adalah EMBA dan Vibrio menggunakan media TCBS. Pada media EMBA ditambahkan komponen yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain selain E. coli dan Enterobacter. Salah satu indikator dalam media selektif adalah penambahan zat pewarna yang akan bereaksi dengan zat metabolit bakteri (Madigan et al. 2015).
Media kultur harus dibuat steril agar tidak ada mikroorganisme yang tumbuh bebas di dalam media tersebut sehingga mikroorganisme yang diisolasi dan dikultur dapat diinkubasi dalam kondisi yang mendukung pertumbuhan mikroorganisme yang diisolasi tersebut. Media disterilisasi dengan pemanasan di dalam autoklaf. Media kultur yang steril akan memungkin laboran untuk melakukan kultur murni sehingga hasil identifikasi mikroorganisme tersebut lebih akurat. Untuk membuat media yang tidak kontam maka dibutuhkan cara kerja yang aseptik. Teknik aseptik merupakan suatu teknik untuk mencegah adanya kontaminan selama proses kultur dan pembuatan media (Madigan et al. 2015). Agar media tidak kontam saat pembuatan media, maka alat yang digunakan harus disterilisasi terlebih dahulu. Larutan media yang telah dibuat juga disterilisasi sebelum dituang ke cawan atau tabung ulir secara aseptik. Teknik aseptik dan kesterilan alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan media sangat menentukan keberhasilan dalam membuat media. Berdasarkan hasil pembuatan media (Tabel 1), media yang dibuat tidak mengalami kontaminasi sehingga proses pembuatan media yang dilakukan berhasil.
Kultur dan identifikasi mikroorganisme, seperti bakteri, perlu dilakukan agar dapat dikultur murni sehingga mikroorganisme tersebut dapat dipelajari secara lebih detail. Isolasi bakteri dapat dilakukan dengan cara cawan gores, pengenceran di media agar, dan pengenceran di media cair. Teknik cawan gores merupakan teknik yang dilakukan untuk mengisolasi bakteri murni atau koloni bakteri dari populasi beragam bakteri dengan teknik pemisahan sederhana (Sanders 2012). Bakteri yang membentuk koloni di media agar lebih mudah diisolasi dengan teknik cawan gores karena lebih cepat, mudah, dan kultur murni lebih mudah didapatkan. Media padat memungkinkan sel-sel bakteri berkembang dan tumbuh sehingga membentuk koloni (Madigan et al. 2015).
Berdasarkan hasil isolasi bakteri (Tabel 2) diketahui bahwa koloni yang tumbuh kebanyakan memiliki warna koloni krem, bentuk koloni bulat, tepian koloni entire, serta elevasi reviset dan flat. Hal ini sesuai dengan pendapat Fitri dan Yasmin (2011), yang menyatakan bahwa karakteristik koloni dari bakteri air tawar adalah berbentuk bulat, tepian entire, dan berwarna putih susu (krem). Dari hasil isolasi juga ditemukan koloni yang berwarna kuning. Perbedaan warna koloni tersebut disebabkan oleh pigmen warna yang dihasilkan oleh bakteri tersebut (Madigan et al. 2015). Lebih lanjut, Madigan et al. (2015) menyatakan bahwa karakteristik koloni mikroba memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda, tergantung pada organisme, kondisi kultur, suplai nutrien, dan parameter fisiologis lainnya.
Jumlah koloni yang ditumbuh dari masing-masing sumber air berbeda-beda, bahkan pada beberapa sumber air tidak ada yang tumbuh. Jumlah koloni yang berbeda kemungkinan disebabkan oleh kepadatan bakteri yang berbeda dari setiap sumber air. Selain itu, beberapa jenis bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik pada media tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Perry et al. (2002) yang menyatakan bahwa beberapa bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik di permukaan media agar karena komposisi nutrien, kimia, dan fisiologis media serta kondisi saat inkubasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bakteri. Bakteri yang tidak tumbuh kemungkinan disebabkan oleh teknik pengambilan sampel dengan ose yang masih panas. Penggunaan ose yang masih panas saat pengambilan sampel menyebabkan bakteri dalam sampel tersebut mengalami kematian. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanders (2012) yang menyatakan hasil isolasi mengalami kegagalan akibat peralatan yang digunakan kurang steril atau penggunaan ose yang terlalu panas sehingga membunuh bakteri.
4.2 Saran
Pada praktikum berikutnya, diharapkan agar media yang digunakan lebih beragam lagi.
V. DAFTAR PUSTAKA
(OOpsss… Maaf daftar pustaka tidak dipublish untuk menghindari plagiat)
Jika butuh daftar pustaka, silahkan komen atau via email dianslibrary@gmail.com
(Semoga bermanfaat…)
3.2 Pembahasan
Media terdiri dari media tetap dan media kompleks. Media tetap (media sintetik) adalah media yang komposisinya diketahui secara pasti sedangkan media kompleks adalah media yang komposisinya tidak diketahui secara pasti karena dibuat oleh bakteri pencernaan, seperti kasein, sel ragi, ekstrak daging, dan lain-lain. Media universal dibuat untuk menumbuhkan beberapa jenis bakteri, seperti TSA untuk bakteri air tawar (Haryani et al. 2012) dan SWC untuk bakteri air laut (Tepu 2006). Beberapa media kultur juga dibuat selektif atau diferensial agar bisa melakukan diagnosa mikrobiologi, diagnosa klinis, dan sistematik mikroorganisme. Sebagai contohnya, untuk bakteri Escherichia coli, media spesifik yang digunakan adalah EMBA dan Vibrio menggunakan media TCBS. Pada media EMBA ditambahkan komponen yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain selain E. coli dan Enterobacter. Salah satu indikator dalam media selektif adalah penambahan zat pewarna yang akan bereaksi dengan zat metabolit bakteri (Madigan et al. 2015).
Media kultur harus dibuat steril agar tidak ada mikroorganisme yang tumbuh bebas di dalam media tersebut sehingga mikroorganisme yang diisolasi dan dikultur dapat diinkubasi dalam kondisi yang mendukung pertumbuhan mikroorganisme yang diisolasi tersebut. Media disterilisasi dengan pemanasan di dalam autoklaf. Media kultur yang steril akan memungkin laboran untuk melakukan kultur murni sehingga hasil identifikasi mikroorganisme tersebut lebih akurat. Untuk membuat media yang tidak kontam maka dibutuhkan cara kerja yang aseptik. Teknik aseptik merupakan suatu teknik untuk mencegah adanya kontaminan selama proses kultur dan pembuatan media (Madigan et al. 2015). Agar media tidak kontam saat pembuatan media, maka alat yang digunakan harus disterilisasi terlebih dahulu. Larutan media yang telah dibuat juga disterilisasi sebelum dituang ke cawan atau tabung ulir secara aseptik. Teknik aseptik dan kesterilan alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan media sangat menentukan keberhasilan dalam membuat media. Berdasarkan hasil pembuatan media (Tabel 1), media yang dibuat tidak mengalami kontaminasi sehingga proses pembuatan media yang dilakukan berhasil.
Kultur dan identifikasi mikroorganisme, seperti bakteri, perlu dilakukan agar dapat dikultur murni sehingga mikroorganisme tersebut dapat dipelajari secara lebih detail. Isolasi bakteri dapat dilakukan dengan cara cawan gores, pengenceran di media agar, dan pengenceran di media cair. Teknik cawan gores merupakan teknik yang dilakukan untuk mengisolasi bakteri murni atau koloni bakteri dari populasi beragam bakteri dengan teknik pemisahan sederhana (Sanders 2012). Bakteri yang membentuk koloni di media agar lebih mudah diisolasi dengan teknik cawan gores karena lebih cepat, mudah, dan kultur murni lebih mudah didapatkan. Media padat memungkinkan sel-sel bakteri berkembang dan tumbuh sehingga membentuk koloni (Madigan et al. 2015).
Berdasarkan hasil isolasi bakteri (Tabel 2) diketahui bahwa koloni yang tumbuh kebanyakan memiliki warna koloni krem, bentuk koloni bulat, tepian koloni entire, serta elevasi reviset dan flat. Hal ini sesuai dengan pendapat Fitri dan Yasmin (2011), yang menyatakan bahwa karakteristik koloni dari bakteri air tawar adalah berbentuk bulat, tepian entire, dan berwarna putih susu (krem). Dari hasil isolasi juga ditemukan koloni yang berwarna kuning. Perbedaan warna koloni tersebut disebabkan oleh pigmen warna yang dihasilkan oleh bakteri tersebut (Madigan et al. 2015). Lebih lanjut, Madigan et al. (2015) menyatakan bahwa karakteristik koloni mikroba memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda, tergantung pada organisme, kondisi kultur, suplai nutrien, dan parameter fisiologis lainnya.
Jumlah koloni yang ditumbuh dari masing-masing sumber air berbeda-beda, bahkan pada beberapa sumber air tidak ada yang tumbuh. Jumlah koloni yang berbeda kemungkinan disebabkan oleh kepadatan bakteri yang berbeda dari setiap sumber air. Selain itu, beberapa jenis bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik pada media tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Perry et al. (2002) yang menyatakan bahwa beberapa bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik di permukaan media agar karena komposisi nutrien, kimia, dan fisiologis media serta kondisi saat inkubasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bakteri. Bakteri yang tidak tumbuh kemungkinan disebabkan oleh teknik pengambilan sampel dengan ose yang masih panas. Penggunaan ose yang masih panas saat pengambilan sampel menyebabkan bakteri dalam sampel tersebut mengalami kematian. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanders (2012) yang menyatakan hasil isolasi mengalami kegagalan akibat peralatan yang digunakan kurang steril atau penggunaan ose yang terlalu panas sehingga membunuh bakteri.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum, mahasiswa telah mampu menyiapkan media, sterilisasi bahan dan alat serta mengisolasi bakteri dari lingkungan akuakultur.
Pada praktikum berikutnya, diharapkan agar media yang digunakan lebih beragam lagi.
V. DAFTAR PUSTAKA
(OOpsss… Maaf daftar pustaka tidak dipublish untuk menghindari plagiat)
Jika butuh daftar pustaka, silahkan komen atau via email dianslibrary@gmail.com
(Semoga bermanfaat…)
Permisi kak. Jika kakak berkenan, saya ingin meminta referensi terkait kegagalan isolasi karena penggunaan ose yang terlalu panas. Disitu tertulis referensunya dari perry (2002) dan sanders (2012). Mohon kakak berkenan untuk memberikan link jurnal tersebut. terima kasih banyak
BalasHapusMohon maaf, Saya tidak punya linknya. bahannya pun tidak ada lagi karena HD Saya pernah rusak jadi data banyak yang hilang.
HapusPerry et al. bukan jurnal namun buku. Judulnya microbial life di publikasikan oleh Sinaeur Associates, Inc.
Sanders. Aseptic laboratory techniques: plating methods. Journal of visualized experiment