Tugas Resume Ke-9 Hari, Tanggal : Senin, 21 April 2014
MK. Sosiologi Umum Ruang :
RK. CCR 2.05
STRATIFIKASI SOSIAL
Dibuat:
Dian Novita Sari C14134005
Asisten:
Putri Amalia H34100066
SITUASI SOSIAL DUA KOMUNITAS DESA DI SULAWESI SELATAN
Oleh: Mochtar Buchori dan Wiladi
Budiharga
Desa Maricaya Selatan
terdiri dari lima golongan masyarakat yang menempati tiga lapisan pokok
(berdasarkan status sosial dan ekomi), dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Stratifikasi komunitas Maricaya Selatan
Jumlah (%)
|
Status Sosial
|
Status ekonomi
|
10
|
Pejabat dan kelompok profesional
|
Atas (Mampu)
|
60
|
Alim ulama, pegawai, pedagang
|
Menengah (Sedang)
|
30
|
Buruh
|
Bawah (Miskin)
|
Lapisan sosial tersebut
bersifat heterogen dan cukup berlapis mulai memperlihatkan adanya usaha-usaha
untuk menciptakan iklim sosial yang lebih cair (fluid). Usaha awal yang terlihat berupa menembus dinding-dinding
antar golongan. Penduduk dari golongan mayoritas terlihat cukup terbuka untuk
membentuk pola pergaulan sosial yang akrab dengan golongan minoritas, sedangkan
kelompok menegah cenderung berusaha untuk mengembangkan pergaulan sosial antar
golongan. Bentuk usaha tersebut bersifat formal
(PKK) dan informal (arisan) yang didasarkan pada lingkungan tempat
tinggal, tempat kerja, dan sekolah.
Lapisan atas mendominasi
di dua jalan besar di desa tersebut, lapisan menengah di sepanjang jalan kecil,
dan lapisan bawah di kampung dekat kuburan. Lapisan atas terdiri dari
orang-orang yang berpendidikan tinggi dan merupakan kelompok yang homogen. Lapisan
menengah terdiri dari orang-orang yang latar pendidikannya beragam. Pada
lapisan bawah, jumlah pelajar yang tidak melanjutkan dan menyelesaikan
pendidikan SD ke jenjang SMP sangat banyak karena keterbatasan ekonomi.
Media cetak yang beredar
dalam masyarakat tersebut adalah koran dan majalah yang umumnya hanya digemari
dan dibeli oleh lapisan atas. Minat baca di lapisan menegah terlihat cukup
besar karena meraka sering meminjam kepada yang membeli koran dan majalah.
Lapisan menengah adalah lapisan yang memiliki TV paling banyak dibandingkan
lapisan atas, sedangkan lapisan bawah tidak memiliki TV sama sekali. Bagi
mereka yang tidak mampu membeli TV bisa menonton bersama dengan mereka yang
memiliki TV sehingga dapat disimpulkan bahwa mereka belum menutup diri dan
masih ada keakraban sosial yang bersifat tradisional. Mayoritas masyarakat
Maricaya Selatan menganut agama Islam (75.6%), Protestan (20%), Katolik (3.8%),
dan sisanya agama Hindu dan Budha.
Desa Polewali (Semi Urban)
Masyarakat Polewali
terdari dari tiga lapisan yaitu lapisan atas (ulama, pemangku adat, dan
pejabat), lapisan menengah (pedagan), dan lapisan bawah (buruh) serta secara
ekonomi terdiri dari lapisan kaya (35% dari KK), sedang (55% dari KK), dan
miskin (10% dari KK). Kedudukan pemangku adat dipegang oleh seorang Bugis, alim
ulama dipegang oleh orang Bugis dan Mandar, pejabat dan pegawai dipegang oleh
orang Mandar dan Toraja, pedagang dipegang oleh orang Bugis, Jawa, dan Cina,
dan kelompok buruh terdiri dari orang Jawa, Makasar, dan Toraja. Pada golongan
atas, terdapat gaya hidup yang berbeda. Golongan alim ulama terlihat hidup
sederhana, sedangkan golongan pejabat terlihat hidup mewah.
Dalam masyarakat
Polewali, pendidikan adalah suatu hal yang dijunjung tinggi. Hal tersebut
terjadi karena pendidikan merupakan sarana untuk mendapatkan status sosial.
Kebanyakan masyarakat Polewali memeluk agama Islam yang ajarannya dipraktekkan
dengan baik dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat Polewali pada dasarnya
merupakan masyarakat yang lugas mengisi kehidupan dengan berbagai usaha untuk
menghadapi dan menyelesaikan permasalahan. Mereka lebih bersifat inward looking, kecuali pada golongan
pejabat setempat yang cenderung mengumpulkan simbol kemewahan (modernitas).
Daftar Pustaka
Tim Pengajar. 2007/2008. Modul
Praktikum Sosiologi Umum Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian
Bogor. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar