Sabtu, 05 Maret 2016

Itulah Dia...

Dia... Dia adalah seorang wanita yang tak mampu mengekspresikan perasaannya. Banyak yang mengenalnya sebagai wanita bermuka polos, pemalu, pendiam, manja tapi sok kuat... Ya, dia memang munafik. Tapi dia melakukan itu karena ketidakmampuannya untuk mengekspresikan perasaannya. Benteng rasa malu dalam dirinya terlalu kuat. Seringkali dia ingin berteriak dan berbagi cerita tentang hidupnya yang cukup melelahkan. Yah... Cukup melelahkan dan berat untuk dia tanggung sendiri. Dirinya yang terlalu perasa membuatnya semakin tertekan dengan situasinya. Dia terlalu pemalu sehingga segala keluh kesahnya hanya dia sampaikan pada senja, deburan ombak, angin, dan rerumputan. Dia sering kali menyendiri dan merenung, "mengapa ini terjadi padaku?", " seandainya Aku begini/begitu... Mungkin akan lebih baik..". Di saat itulah dia menyadari bahwa dia kesepian, sendiri di tengah rutinitas dan keramaian dunia. Sepi dipeluk alam... Dia ingin berbagi, tapi tak tahu harus berbagi dengan siapa dan bagaimana caranya. Terlalu berat baginya untuk bercerita. Dan pada akhirnya, hanya dia ceritakan dalam kesendirian dan kehampaan.

Seringkali dia sok tegar dihadapan orang, selalu ingin terlihat ceria meskipun terkadang perih dan beban itu dapat terlihat jua. "Ada apa?", " kamu kenapa?", semua pertanyaan itu hanya dia jawab dengan senyum yang "diperindah" dan dengan kalimat yang sama, "I'm fine, I'm oke". Ya, itulah dia... Berusaha menanggung semuanya seorang diri.

Dia.. Dia adalah orang yang belajar dari jalan hidup orang lain. Sosialisasi dalam keluarganya tak mampu memberinya ilmu tentang kehidupan yang sebenarnya. Sikap pendiam dan penyendirinya yang membuatnya jarang berdiskusi dengan orang tua dan saudara-saudaranya. Dia lebih sering berkutat dengan diktat-diktat sains dan gambar-gambar abstrak hasil karyanya.

Kenapa dia begitu???

Sebenarnya, bukan hanya karena kepribadian yang membuatnya sungkan untuk berbicara. Tapi pemikirannya sebelum berbicara yang membuat niatnya surut untuk berbicara. Dia tak ingin membuat orang lain bersedih dan terbebani karena hidupnya. Dia tak sanggup melihat orang lain bersedih dan terbebani karena dirinya. Dia sadar, dia hidup bagaikan lilin, meskipun terkadang dia ingin hidup bagai mentari. Dia ingin orang disekitarnya selalu bahagia dan dia selalu bersedia menjadi tempat pengaduan keluh kesan mereka.

Yaaaa... Itulah dia... Dia yang selalu berusaha untuk kuat dan terlihat ceria.
Darimu Aku belajar bertahan dengan kehidupan ini... Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tips dan Trik Mengatur Suhu dan pH Air di Tambak Udang untuk Hasil Panen Optimal

Mengelola tambak udang membutuhkan perhatian khusus, terutama dalam menjaga kualitas air. Dua parameter yang sangat penting adalah suhu dan ...